1)
Harimurti (1982) menyatakan bahwa medan makna adalah bagian dari sistem
semantic bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas
dalam alam semesta tertentu yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal
yang maknanya berhubungan. Umpamanya nama-nama warna membentuk medan makna
tertentu. Begitu juga dengan nama perabot rumah tangga, istilah olahraga,
istilah perkerabatan, pertukangan dan sebagainya. Nama-nama istilah
perkerabatan dalam bahasa Indonesia adalah cucu, cicit, piut, bapak/ayah, ibu,
kakek, nenek, moyang, buyut, paman, bibi, saudara, kakak, adik, sepupu,
kemenakan, istri, suami, ipar, mertua, menantu dan besan. Kata-kata yang terdapat
dalam medan makna dapat digolongkan menjadi dua, yaitu yang termasuk golongan
kolokasi dan golongan set.
1. Kolokasi
(berasal dari bahasa latin colloco yag berarti ada di tempat yang sama dengan)
menunjuk kepada hubungan sintagmatik yang terjadi antara unsur-unsur leksikal
itu. Misalnya: kata-kata lahar, lereng, puncak, curam dan lembah berada dalam
lingkungan mengenai pegunungan.
2. Set
menuju pada hubungan sintagmatik karena kata-kata atau unsur-unsur yang berada
dalam suatu set dapat saling menggantikan. Misalnya :remaja merupakan tahap
pertumbuhan antara kanak-kanak dengan dewasa.
Set
paradigmatik: bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, manula.
Daftar pustaka : Chaer,
Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta:
Rineka CIpta.
2) Medan
makna adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena
menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta
tertentu. Misalnya nama-nama warna, perabot rumah tangga, atau nama-nama
perkerabatan yang masing-masing merupakan medan makna. Medan warna dalam bahasa
Indonesia mengenal warna merah, coklat, biru, kuning, abu-abu, putih dan hitam.
Untuk menyatakan nuansa warna yang berbeda, bahasa Indonesia memberi keterangan
perbandingan, seperti merah darah, merah jambu dan merah bata.
Berdasarkan
sifat hubungan semantisnya dapat dibedakan atas kelompok medan makna kolokasi
dan medan makna set. Contoh medan makna kolokasi: tiang layar perahu nelayan
itu patah dihantam badai, lalu perahu itu digulung ombak dan tenggelam beserta
segala isinya.
Contoh
medan makna set: remaja: manula/lansia, dewasa, remaja, kanak-kanak , bayi.
Daftar pustaka: Chaer, Abdul.
2010. Linguistik Umum. Jakarta:Rineka Cipta
3)
Dalam bahasa Indonesia terdapat kata-kata melihat, melirik, menatap,
mengerling, mengintip, menjenguk, menonton dan menyontek. Jika diperhatikan,
semua kata-kata ini menggunakan mata sebagai alat. Itu berarti semua kata ini
mempunyai kemiripan makna. Meskipun demikian, kata melihat pasti tidak sama
dengan melirik. Kata melirik tidak sama dengn kata menatap. Untuk membedakan
kata-kata ini dapat didaftarkan fitur-fitur pembeda berikut ini:
1. Menggunakan
kedua belah mata
2. Menggunakan
hanya sebelah mata
3. Merupakan
aktivitas mata.
4. Aktivitas
dilaksanakan oleh mata
5. Aktivitas
dilaksanakan sendirian
6. Aktivitas
disertai emosi
7. Aktivitas
mata dipicingkan
8. Aktivitas
dilaksanakan di tempat terbuka
9. Aktivitas
dilaksanakan di dalam ruangan
10. Mata
lurus ke depan
11. Mata
ditempelkan pada lubang kecil
12. Menggunakan
mata sambil kepala dipalingkan.
13. Menggunakan
mata sambil melihat pekerjaan teman
14. Menggunakan
mata untuk menghibur
15. Menggunakan
mata untuk berbagai perasaan
Berdasarkan fitur-fitur pembeda yang telah
didaftarkan, kata menonton memiliki fitur:
1. Menggunakan
kedua belah mata
2. Merupakan
aktivitas mata
3. Aktivitas
dapat dilaksanakan tersendiri atau lebih dari seseorang
4. Aktivitas
dilaksanakan ditempat terbuka
5. Menggunakan
mata untuk menghibur, sedangkan kata menyontek memiliki fitur : 1. Menggunakan
kedua belah mata. 2. Merupakan aktivitas mata. 3. Aktivitas hanya dilaksanakan
sendirian. 4 aktivitas berlangsung cepat. 5. Aktivitas dilaksanakan di dalam
ruangan. 6. Menggunakan mata sambil melihat pekerjaan teman.
Persamaan
kata di atas: kedua kata tersebut menggunakan mata sebagai alat atau merupakan
aktivitas mata. Perbedaannya jika melihat bukan untuk melihat pekerjaan teman
dalam waktu sekejab, sedangkan menyontek adalah kegiatan melihat pekerjaan
teman untuk waktu sekejab. Kenyataan ini menunjukkan bahwa melihat dengan
menyontek memperlihatkan adanya jaringan makna, atau dengan kata lain kedua
kata ini berada dalam wilayah atau medan tertentu.
Pembagian
medan makna: verba, nomina dan adjektiva
Contoh
verba memotong: menguakkan, menggunting, mengiris, menebang, memutuskan,
memangkas, menyabit, mengetam. Verba memukul: meninju, menyepak, mencubit,
mengamuk, mencekik, menampar.
Contoh
medan makna nomina basi: busuk, apak,. Perkakas dapur: periuk, kuali, gelas,
mangkok, piring.
Contoh
medan makna adjektiva keadaan: dingin, panas.
Daftar Pustaka: Pulubuhu
dkk. 2002. Medan Makna dalam Bahasa Gorontalo. Jakarta: Pusat Bahasa Depertemen
Pendidikan Nasional
4)
Benda, kegiatan, peristiwa, proses semuanya diberi label yang disebut lambang.
Setiap lambang dibebani unsur yang disebut makna. Kadang-kadang meskipun
lambang itu berbeda-beda, tapi lambang itu memperlihatkan hubungan–hubungan
makna. Contoh: membawa, memikul, menggendong, menjinjing, dan menjujung.
Pertalian maknanya yaitu seorang yang menggunakan tangan, kepala dan bahunya
memindahkan sesuatu dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Dengan kata
lain, ada aktivitas. Aktivitas itu dilaksanakan oleh manusia. Pada waktu
melakukan kegiatan digunakan anggota badan berupa tangan, atau bahu. Kata
membawa, jika dianalisis makna yang
terkandung dalam kata membawa yakni:
1. Ada
aktivitas
2. Aktivitas
dilaksanakan oleh manusia.
3. Orang
yang melaksanakan kegiatan menggunakan bahu , tangan, atau kepala.
4. Ada
benda yang menjadi sasaran kegiatan
5. Kegiatan
itu dilaksanakan dari suatu tempat ke tempat lain.
Makna
yang baru disebutkan ini adalah jangkauan makna yang dimiliki oleh kata
membawa. Jangkauan inilah yang disebut medan makna suatu kata. Dengan demikian
banyak kata yang bisa dimasukkan dalam jangkauan ini.
Setiap
bahasa sebagai sistem memilki tingkat keterhubungan medan makna yaitu tercermin
dalam lambang-lambang yang digunakan. Contoh kata rasa. Kata rasa menjadi kata
yang umum, karena kata rasa berhubungan dengan manusia. Kata rasa dapat
dihubungkan dengan rasa:
1.
Pada seluruh tubuh,
misalnya: lemas, reesah, gelisah, gembira, letih , sakit.
2.
Anggota badan misalnya:
berkunang-kunang, gatal, panas, pegal pusing.
3.
Pada bagian jaringan
tubuh, misalnya: enak, dingin, halus, kasar, lebut.
4.
Perasaan hati misalnya:
cinta, kecewaa, kagum, frustasi, malas, sayang, heran.
Kata-kata
tersebut memiliki jaring-jaring medan makna yang sama. Kalau demikian
keadaannya sesungguhnya semua kenyataan yang dapat diindra oleh manusia atau
yang tidak melampaui batas-batas pengalaman manusia dapat dikelompokan ke dalam
medan makna.
Dalam
beberapa hal medan makna dapat diasosiasikan dengan kelas gramatikal yang sama.
Dengan kata lain makna yang sama dapat dilambangkan dalam bentuk bentuk kelas
gramatikal yang berbeda. Contoh kata cantik yang termasuk medan makna abstrak
kualitatif , dapat muncul sebagai adjektiva. Hal itu terlihat pada urutan: kata
gadis itu cantik. Dapat juga dianggap sebagai nomina, misalnya dalam urutan
kata: kecantikannya belum tertandingkan. Dan dapat juga dianggap sebagai
verba. Misalnya: ia selalu mempercantik
diri.
Karena
medan makna merupakan kelompok kata yang maknanya saling terjalin, maka
kata-kata umum dapat mempunyai anggota yang disebut hiponim. Hal ini terbukti
dari adanya kata tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hiponim: bunga, durian, jagung
kelapa dll. Kata bunga mempunyai hiponim: bungenvil, kamboja, matahari, tulip.
Dengan demikian medan makna dapat saja berupa keberadaan medan makna itu
sendiri, baik medan makna yang berdiri secara terpisah dari medan makna yang
lain maupun medan makna yang terikat dalam hubungan jaringan medan makna yang
lebih luas.
Daftar Pustaka: Pateda,
Mansoer. 2001. Semantik leksikal. jakarta: Rineka Cipta
5).
Teori medan makna dari j. Trier
Salah
satu patokan utama lingusitik abad dua puluh ialah asumsi bahwa bahasa terdiri
dari sistem atau satu rangkaian subsistem yang berhubungan. Oleh karena itu,
analisis bahasa dipecah-pecah atas subsistem fonologi, morfologi, sintaksis dan
semantik. Hubungan antar unsur dalam subsistem-subsistem itu menentukan nilai
dan fungsi masing-masing unsur. J. Trier melukiskan kosakata sebuah bahasa
tersusun rapi dalam medan-medan dan dalam medan itu setiap unsur yang berbeda
didefinisikan dan diberi batas yang jelas sehingga tidak ada tumpang tindih
antarsesama makna. Sebagai contoh:
pandai: cerdik, terpelajar, terdidik, bijak,
berpengalaman, cendekiawan.
Daftar Rujukan
Parera, J.D. 2004.
Teori Semantik. Jakarta: Erlangga
Istilah teori medan makna atau theory of semantic field berkaitan
dengan teori bahwa perbendaharaan kata dalam suatu bahasa memiliki medan struktur,
baik secara leksikal maupun konseptual, yang dapat dianalisis secara
sinkoronis, diakronis maupun secara paradigmatik. Apabila kita meninjau
keberadaan kosakata dalam bahasa Indonesia, kita juga dapat mengetahui bahwa
tebaran kosakata dalam bahasa Indonesia itu juga menggambarkan perangkat ciri,
konsepsi dan asosiasi hubungan itu. Kata-kata seperti wafat, gugur, meninggal
dan mati mampu mengasosiasikan adanya hubungan ciri yang sama. Sementara
asosiasi hubungannya dengan kata lain dalam relasi sintagmatik memiliki ciri
yang berbeda-beda karena seseorang tidak mungkin mengatakan kucingku wafat.
Kajian
tentang medan makna lebih lanjut berhubungan erat dengan masalah kolokasi.
Pengertian kolokasi itu sendiri ialah asosiasi hubungan makna kata yang satu
dengan yang lain yang masing-masing memiliki hubungan ciri yang relatif tetap.
Kata pandangan berhubungan dengan mata, bibir, dengan senyum, serta kata
menyalak memiliki hubungan dengan anjing. Mengabstraksikan ciri hubungan
makna kata yang satu dengan lainnya, pada dasarnya memang tidak
sederhana. Kata anjing misalnya juga memiliki hubungan dengan kata binatang,
bentuk umpatan, menggigit dan sebagainya. Begitu pula kata bibir , dalam
perluasannya tidak mengacu kepada organ fisis manusia, tetapi juga mengacu pada
tepi jurang, pembicaraan, rayuan, maupun mulut botol, sehingga asosiasi
hubungan kesejajaran ciri maknanya dengan makna dalam kata yang lain menjadi
rumit.
Sehubungan dengan kolokasi tersebut, Ullman
menyebutkan terdapatnya kolokasi sinonim yang berfungsi untuk memperjelas dan
menekankan makna (Ullman, 1977:153). Bentuk tersebut selain dijumpai dalam
retorika juga lazim digunakan oleh para
sastrawan. Misalnya dalam kolokasi sinonim tedapat kata: pecah pencar, legah
lapang, sama gandengan, ria bahagia, gembira riang, maupun mandi basahkan diri.
(chairil anwar 1969:22). Selain itu kolokasi sinonim menurut Ullman juga mampu
memberikan gambaran efek kontras, baik untuk menampilkan humor maupun gagasan
serius.
Daftar Pustaka:
Aminuddin. 1985. Semantic Pengantar Studi
Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru